Minggu, 27 Maret 2016

BIOGRAFI



SEJARAH KELAHIRANKU 
Tepat 20 tahun yang lalu, saya dilahirkan di bumi Kartini Jepara tepatnya di Desa Sekuro Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Nama saya Fina Hidayatur Rohmah, nama pemberian dari orangtua  yang memiliki arti anak yang insyallah selalu mendapat petunjuk atau hidayah yang baik dari Allah SWT.  Asal mula nama tersebut adalah dari nama murid ayah  yang bernama Fina. Hari Ahad pon adalah hari kelahiranku dalam pertanggalan jawa yang bertepatan dengan tanggal nasional 28 April 1996. Dalam bulan hijriahnya yaitu 9 Dzulhijjah tepat saat hari besar Idul Adha dan pada saat itu, istri almarhum presiden kedua Ir.Soeharto yang biasa di panggil ibu Tien Soeharto wafat.
Saya lahir bukan dari bantuan dokter atau bidan melainkan lahir sendiri atau yang dikenal dengan istilah “brojoli” dan di bantu dukun beranak desa setempat. Lahir dalam kondisi premature tujuh bulan dengan berat 19 ons dan banyak yang bilang hanya berukuran kecil seukuran botol. Pada waktu itu orangtua saya tidak tega menempatkan saya di inkubator dan alhasil di tempatkan diantara botol-botol yang dipanaskan. Kekhawatiran  orangtua terhadap pertumbuhan dan perkembangan saya, membuat mereka memberikan berbagai macam obat termasuk obat peninggi. Sehingga saya tumbuh seperti layaknya anak-anak  seumuran saya. Kesehatan saya pun tidak luput dari kasih sayang ibu saya yang telah memberikan ASI eksklusifnya sehingga saat berumur kurang lebih satu bulan saya dikategorikan tumbuh normal.
Di Jepara, beserta ayah dan ibu tinggal di rumah kecil yang masih beralas tanah seperti rumah bambu, masih ingat jelas hanya koran yang bisa menutupi bagian yang berlubang di rumah tersebut. Disana kami tinggal di antara tiga rumah saudara ayah. Waktu itu kami belum mempunyai televisi sehingga harus ke rumah saudara ayah untuk sekedar menonton tv bersama, disana kekeluargaan masih terasa sangat kental
 Di saat berusia empat tahun kami sekeluarga pindah bermukim ke Kudus. Dimana kota ini adalah tempat kelahiran ibu saya dan kami menetap di Kudus hingga sekarang. Saya anak pertama dari empat bersaudara. Sejak pindah di Kudus, saya mendapatkan adik pertama saya yang bernama Muhamad Akbar Saputra kelahiran 2001, yang kedua Rizal Ainur Rofiq kelahiran 2004 dan terakhir si kecil Aisha Mutiara Husna yang sekarang berumur menginjak lima tahun. Ayah saya bernama Akhmad Sutrisno dan ibu saya bernama Rahmawati. Ayah dulu seorang guru dan sekarang menjadi pengawas RA/MI dan ibu seorang guru SD. Ayah memulainya dari bawah, yang semula hanya rumah bambu tempat tinggal saat di Jepara dan setelah di Kudus sudah bisa membeli rumah jadi yang cukup bagus untuk ditempati keluarga kecil kami. Masih teringat jelas saat melihat rumah tersebut saya ditemani oleh kakek dari ayah yang bernama Mbah Meni. Meskipun sekarang beliau sudah tidak ada tapi saya bersyukur masih bisa memperoleh kenangan tersebut di usia saya yang masih balita karena pada saat kecil nenek dari ayah saya pun telah meninggal sudah lama sebelum orangtua saya menikah. Rumah yang sekarang saya tempati  beralamat di Desa Prambatan Lor  RT : I/II Kaliwungu Kudus dengan kode pos 59631 dan rumahnya dekat dengan rumah orangtua ibu.
Saat saya berumur lima tahun saya ditempatkan di RA Nurul Haq dan belajar  di TPQ Nurul Haq saat sore tiba. Selanjutnya setahun kemudian di usia enam tahun, saya memulai pendidikan di MIN Kudus dan lulus tahun 2008. Di sekolah MIN ini saya mempunyai guru favorit saya yaitu pak Sunarto guru mapel Bahasa Indonesia yang sering memanggil nama saya dengan Mbak Pina.
 Setelah lulus dari MIN saya melanjutkan di MTSN 1 Kudus dan lulus tahun 2011. Di hari perpisahan MTSN ini tepatnya jam 02.00-03.00 pagi di hari Sabtu, 28 Mei 2011 saya mendapatkan adik perempuan. Sebelum ibu hamil saya tidak mengira akan mendapatkan adik lagi apalagi seorang adik cantik berjenis kelamin perempuan yang sangat saya inginkan. Malam harinya saya sudah merasa ada yang aneh tapi saya tidak menghiraukannya. Beberapa menit kemudian ayah memanggil, saya pun turun dari kamar atas dan teryata ibu sudah melahirkan. Adik saya lahir dengan sendirinya seperti saya. Saat itu ibu saya memberikan bayi mungil itu kepada saya untuk di pakaikan handuk agar tidak kedinginan, meskipun waktu itu masih ragu tapi akhirnya memberanikan diri karena ibu saat itu kesakitan. Saya membawa adik bayi menuju kamar. Sebelum ke kamar teryata nenek dan bu lek sudah datang dan takjub karena saya menggendong bayi mungil dengan tangan saya sendiri. Tak selang lama ayah juga baru datang dengan seorang bidan dan memeriksa ibu dan adik di kamar. Saat pagi tiba sekitar jam setengah 06.00 pagi saya ke tempat tata rias karena akan perpisahan saat itu dan setelah hampir satu jam akhirnya selesai dan pulang sebentar untuk makan kemudian siap-siap berangkat. Meskipun berat hati meninggalkan adik yang baru lahir tapi karena sudah banyak yang menemani, akhirnya saya berangkat diantar ayah menuju Jam’yyatul Hujjaj Kudus (JHK) tempat perpisahan tersebut. Karena sangat senang mendapatkan adik perempuan, nama adik yang memberikan awalnya adalah saya, dengan usulan nama awalnya adalah Aisha Zalfa Husna/ Hasna. Karena Zalfa mempunyai arti kulit mutiara ayah kurang setuju dan menggantinya dengan Mutiara saja, dan saya juga memberikan pendapat untuk nama akhir adik kepada ibu untuk memilih nama Husna/Hasna dan akhirnya memilih Husna alhasil nama lengkap adik saya adalah Aisha Mutiara Husna.
Kedua sekolah sebelumya MIN dan MTSN berada dalam satu lingkup dan sangat dekat dengan rumah saya, sehingga agar sampai ke sekolah saya hanya jalan kaki saja dan kadang-kadang menggunakan sepeda. Selanjutnya saya menempuh pendidikan di MA NU Mu’allimat Kudus dan lulus tahun 2014. Sekolah ini lumayan jauh dari rumah sehingga saya menggunakan angkutan umum untuk sampai ke sekolah tersebut. Di sekolah ini beda dari dua sekolah sebelumnya antara perempuan dan laki-laki belajar bersama dalam satu kelas, tapi disini di khususkan hanya perempuan saja dan hanya gurunya yang laki-laki.
Selanjutnya saya melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu bangku perkuliahan pada tahun 2014 di IAIN yang sudah berganti nama menjadi UIN Walisongo Semarang sekarang. Saya mengambil jurusan PGMI di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Sekarang saya sudah semester empat. Saya di Semarang, tinggal di pondok  Darul Falah be-Songo Perum Bank Niaga B-5. Saya mengambil jurusan ini semula atas usulan ayah saya, dan dari usulan ayah tersebut akhirnya saya menjalaninya dan alhamdulillah sudah merasa nyaman dengan jurusan ini. Saya sebelumnya juga pernah praktek mengajar atau PPL saat kelas XII di MI NU Ma’rifatul ulum 1 Kudus dan teryata seru dan mengasyikkan mengajar anak-anak di MI tersebut, dan kebetulan juga saya sangat suka dengan anak kecil. Jadi jurusan ini akan saya tekuni dengan sungguh-sungguh, semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat.

Selasa, 22 Maret 2016

artikel narkoba


KASUS NARKOBA YANG SEMAKIN MARAK DI INDONESIA
Berbagai kasus narkoba yang ada di negara kita Indonesia semakin marak terjadi akhir-akhir ini seperti yang lagi hangat-hangatnya terjadi sekarang yaitu kasus bupati yang tertangkap basah memakai barang haram narkoba. Bupati tersebut bernama Ahmad Wazir Nofiadi seorang bupati dari Ogan Ilir yaitu sebuah kabupaten yang berjarak 31 km dari  Palembang. Ironisnya, tak sampai sebulan setelah dilantik, Nofi ditangkap Minggu (13/3) malam di rumah orang tuanya yang sekompleks dengan rumahnya di Palembang. Nofi adalah putra keempat mantan Bupati Ogan Ilir dua periode, Mawardi Yahya. Nofi melanjutkan estafet kepemimpinan ayahnya. Sebagai seorang nomor satu di daerah Ogan Ilir seharusnya bupati Nofiadi memberikan contoh dan teladan yang baik untuk rakyatnya bukan malah membuat sesuatu yang tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang pemimpin, memakai narkoba adalah hal yang sangat memalukan karena barang haram itu sangat merugikan keberlangsungan hidup bangsa.
Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tidak bisa dicegah. Mengingat sekarang begitu mudahnya mendapatkan barang haram tersebut dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Barang haram ini dapat menyerang siapa saja, kalangan atas maupun kalangan bawah dan  bahkan anak-anak usia sekolah dasar, tapi yang menjadi sasaran empuk narkoba umumnya adalah generasi muda. Sungguh ironis generasi yang seharusnya menjadi penerus bangsa begitu mudahnya dicekoki barang haram  yang dapat membahayakan untuk dirinya sendiri dan untuk bangsa ini juga. Arus globalisasi memang banyak membawa pengaruh negatif bagi keberlangsungan hidup bangsa ini. Terutama bagi kalangan muda yang masih belum bisa memilih dan memilah sesuatu yang masuk dari arus globalisasi tersebut, mereka masih mempunyai pikiran dangkal yang hanya ikut-ikutan tren zaman sekarang atau yang lagi buming terjadi sekarang ini. Kalangan muda memang belum sebenarnya tahu jati diri mereka sehingga  begitu mudahnya terpengaruh oleh pergaulan bebas yang akan membawa ke arah negatif tanpa mereka sadari.
Untuk para pemakai narkoba yang sudah ketergantungan dengan narkoba seharusnya perlu direhabilitasi dengan segera karena akan menyebabkan efek negatif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dari gejala-gejala kecil efek negatifnya adalah mudah marah, mudah tersinggung, pucat menjadi tak bersemangat dalam menjalani aktifitasnya  dan lain sebagainya yang pasti akan membuat dirinya tersiksa sendiri dan yang lebih parah malah membuat orang yang disekitarnya mendapatkan efek negatif dari pemakai narkoba tersebut.
Dari kota besar seperti ibu kota hingga pelosok kota sudah menjadi jalur barang haram itu seperti kota Jepara, salah satu kota dari Jawa Tengah yang menjadi salah satu dari jalur transaksi barang haram itu. Jepara merupakan tempat yang strategis dikarenakan banyaknya pantai yang ada disana yang bisa dijadikan sebagai jalur penyeludupan barang ilegal tersebut. Narkoba sekarang ini telah menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia. Tindakan BNN  sangat di perlukan untuk mengatasi masalah yang merajalela ini. Perlunya sikap tegas BNN untuk menghukum dan membuat efek jera harus segera dilakukan agar barang haram tersebut tidak merugikan bagi kelangsungan hidup bangsa ini. Seharusnya hukuman mati yang sudah dilaksanakan bagi para pengedar narkoba  sudah menjadi efek jera bagi pelaku tindak kejahatan penyalahgunaan narkoba tapi ternyata masih banyak para pemakai dan para pengedar yang malah semakin merajalela melakukan tindak kejahatan itu hanya dikarenakan masalah kebutuhan ekonomi yang menggiurkan bagi para pengedarnya. Dan adanya sifat keingintahuan remaja, ikut-ikutan atau hanya sekedar ingin mencoba saja dan akhirnya membuat sifat ketergantungan memakai barang haram ini.
Faktanya gembong narkoba yang berada di Lapas masih bisa mngendalikan jaringan peredaran gelapnya meskipun di balik sel penjara. Dan seharusnya fakta ini harus segera ditindak lanjuti oleh para pihak kepolisian yang bertugas di Lapas tersebut. Barang haram ini telah merambah ke dunia pendidikan. Dan tidak sepantasnya penerus bangsa mengkonsumsi barang yang tidak layak konsumsi itu yang hanya mengakibatkan efek negatif bagi tubuh dan perkembangannya yang menyebabkan ketergantungan saja.
Peran orang tua sangat penting dan sangat diperlukan  mengingat barang ini telah merambah kedunia pendidikan di usia anak sekolah dasar yang sungguh memprihatinkan. Ada tiga hal yang harus diperhatikan ketika melakukan program anti narkoba di sekolah. Yang pertama adalah dengan mengikut sertakan keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan narkoba pada anak-anak. Strategi untuk mengubah sikap keluarga terhadap penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah. Kelompok dukungan dari orangtua merupakan model intervensi yang sering digunakan. Orang tua perlu mengawasi anak disaat di luar sekolah atau aktivfitasnya di rumah dari bermain dan pergaulannya.
Sebagai seorang mahasiswa, kita sebaiknya bisa memilih dan memilah pergaulan yang tidak membawa kita ke arah negatif. Kita bisa memilih teman atau perkumpulan diskusi yang memang sudah  terjamin tujuannya yang berusaha mencerdaskan kehidupan bangsa ini dan berusaha menghilangkan sesuatu yang negatif yang ada pada generasi muda sekarang. Oleh sebab itu, mulai saat ini pendidik, pengajar, dan orang tua, harus sigap serta waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik.